Jumat, 19 Desember 2014

TULISAN BAHASA INDONESIA 2#,BERPIKIR DEDUKTIF


NAMA:ADI NUROHMANDANA (20212182)
KELAS:3EB23
MATKUL: BAHASA INDONESIA 2#
“TULISAN”

JUDUL:

BERPIKIR DEDUKTIF

PENDAHULUAN:
BERPIKIR DEDUKTIF

Definisi yang paling umum dari berpikir adalah berkembangnya ide dan konsep didalam diri seseorang. Berpikir adalah suatu kegiatan mental yang melibatkan kerja otak. Berpikir juga berarti berjerih – payah secara mental untuk memahami sesuatu yang dialami atau mencari jalan keluar dari persoalan yang sedang dihadapi.
Deduksi berasal dari bahasa Inggris deduction yang berarti penarikan kesimpulan dari keadaan-keadaan yang umum, menemukan yang khusus dari yang umum. Deduksi adalah cara berpikir yang di tangkap atau di ambil dari pernyataan yang bersifat umum lalu ditarik kesimpulan yang bersifat khusus.
Metode berpikir deduktif adalah metode berpikir yang menerapkan hal-hal yang umum terlebih dahulu untuk seterusnya dihubungkan dalam bagian-bagiannya yang khusus.
Penarikan kesimpulan secara deduktif biasanya mempergunakan pola berpikir yang dinamakan silogismus atau silogisme. Silogisme termasuk dalam penalaran deduktif. Deduktif merupakan salah satu teknik untuk mengambil simpulan dalam sebuah karangan. Berdasarkan bentuknya, silogisme terdiri dari :

ISI :

a.      Silogisme Kategorial
Silogisme kategorial adalah silogisme yang semua proposisinya merupakan kategorial. Proposisi yang mendukung silogisme disebut dengan premis yang kemudian dapat dibedakan menjadi premis mayor (premis yang termnya menjadi predikat), dan premis minor (premis yang termnya menjadi subjek). Yang menghubungkan di antara kedua premis tersebut adalah term penengah (middle term).
Hukum-hukum Silogisme Katagorik :
-          Apabila salah satu premis bersifat partikular, maka kesimpulan harus partikular juga.
-          Apabila salah satu premis bersifat negatif, maka kesimpulannya harus negatif juga.
-          Apabila kedua premis bersifat partikular, maka tidak sah diambil kesimpulan
-          Apabila kedua premis bersifat negatif, maka tidak akan sah diambil kesimpulan. Hal ini dikarenakan tidak ada mata rantai yang menhhubungkan kedua proposisi premisnya. Kesimpulan dapat diambil jika salah satu premisnya positif
-          Apabila term penengah dari suatu premis tidak tentu, maka tidak akan sah diambil kesimpulan. Contoh; semua ikan berdarah dingin. Binatang ini berdarah dingin. Maka, binatang ini adalah ikan? Mungkin saja binatang melata.
-          Term-predikat dalam kesimpulan harus konsisten dengan term redikat yang ada pada premisnya. Apabila tidak konsisten, maka kesimpulannya akan salah
-          Term penengah harus bermakna sama, baik dalam premis mayor maupun premis minor. Bila term penengah bermakna ganda kesimpulan menjadi lain
-          Silogisme harus terdiri tiga term, yaitu term subjek, predikat, dan term, tidak bisa diturunkan konklsinya

b.      Silogisme Hipotetik
Silogisme hipotetik adalah argumen yang premis mayornya berupa proposisi hipotetik, sedangkan premis minornya adalah proposisi katagorik. Hukum-hukum Silogisme Hipotetik Mengambil konklusi dari silogisme hipotetik jauh lebih mudah dibanding dengan silogisme kategorik. Tetapi yang penting menentukan kebenaran konklusinya bila premis-premisnya merupakan pernyataan yang benar. Bila antecedent kita lambangkan dengan A dan konsekuen dengan B, maka hukum silogisme hipotetik adalah:
-          Bila A terlaksana maka B juga terlaksana.
-          Bila A tidak terlaksana maka B tidak terlaksana. (tidak sah = salah)
-          Bila B terlaksana, maka A terlaksana. (tidak sah = salah)
-          Bila B tidak terlaksana maka A tidak terlaksana.
Ada 4 (empat) macam tipe silogisme hipotetik:
1.      Silogisme hipotetik yang premis minornya mengakui bagian antecedent.
Contoh:
Jika panas saya pakai payung.(mayor)
Sekarang panas.(minor)
 Saya pakai payung (konklusi).
2.      Silogisme hipotetik yang premis minornya mengakui bagian konsekuennya.
Contoh:
Jika panas, bumi akan kering (mayor).
Sekarang bumi telah kering (minor).
Panas telah terbit (konklusi)
3.      Silogisme hipotetik yang premis minornya mengingkari antecedent.
Contoh:
Jika politik pemerintah dilaksanakan dengan paksa, maka kegelisahan akan timbul.
Politik pemerintahan tidak dilaksanakan dengan paksa.
 Kegelisahan tidak akan timbul.
4.      Silogisme hipotetik yang premis minornya mengingkari bagian konsekuennya.
Contoh:
Bila mahasiswa turun ke jalanan, pihak penguasa akan gelisah.
Pihak penguasa tidak gelisah.
 Mahasiswa tidak turun ke jalanan.

c.       Silogisme Alternatif
Silogisme alternatif adalah silogisme yang terdiri atas premis mayor berupa proposisi alternatif. Proposisi alternatif yaitu bila premis minornya membenarkan salah satu alternatifnya. Kesimpulannya akan menolak alternatif yang lain.
Contoh:
Nenek Sumi berada di Bandung atau Bogor.
Nenek Sumi berada di Bandung.
 Jadi, Nenek Sumi tidak berada di Bogor.

d.      Silogisme Disjungtif
Silogisme disjungtif adalah silogisme yang premis mayornya merupakan keputusan disyungtif sedangkan premis minornya bersifat kategorik yang mengakui atau mengingkari salah satu alternatif yang disebut oleh premis mayor. Seperti pada silogisme hipotetik istilah premis mayor dan premis minor adalah secara analog bukan yang semestinya.
Silogisme ini ada dua macam yaitu:
1.      Silogisme disjungtif dalam arti sempit
Silogisme disjungtif dalam arti sempit berarti mayornya mempunyai alternatif kontradiktif.
Contoh:
Heri jujur atau berbohong.(premis1)
Ternyata Heri berbohong.(premis2)
 Ia tidak jujur (konklusi).Silogisme disjungtif dalam arti luas
2.      Silogisme disjungtif dalam arti luas
Silogisme disjungtif dalam arti luas berarti premis mayornya mempunyai alternatif bukan kontradiktif.
Contoh:
Hasan di rumah atau di pasar.(premis1)
Ternyata tidak di rumah.(premis2)
 Hasan di pasar (konklusi).
Hukum-hukum Silogisme Disjungtif :
1.      Silogisme disjungtif dalam arti sempit, konklusi yang dihasilkan selalu benar, apabila prosedur penyimpulannya valid.
Contoh:
Hasan berbaju putih atau tidak putih.
Ternyata Hasan berbaju putih.
 Hasan bukan tidak berbaju putih.
2.      Silogisme disjungtif dalam arti luas, kebenaran konklusinya adalah
a.       Bila premis minor mengakui salah satu alternatif, maka konklusinya sah (benar).
Contoh:
Budi menjadi guru atau pelaut.
Budi adalah guru.
 Maka Budi bukan pelaut.
b.      Bila premis minor mengingkari salah satu alternatif, maka konklusinya tidak sah (salah).
Contoh:
Penjahat itu lari ke Solo atau ke Yogyakarta.
Ternyata tidak lari ke Yogyakarta.
 Dia lari ke Solo?

e.       Entimem
Entimem adalah silogisme yang diperpendek. Entimem tidak peerlu menyebutkan premis umum, tetapi langsung mengetengahkan simpulan dengan premis khusus yang menjadi penyebabnya.
Rumus entimem : C = B, Karena C = A
Contoh :
Silogisme :
PU     : siswa yang baik tidak mau bolos sekolah.
PK     : Ali siswa yang baik.
S        : Ali tidak mau bolos sekolah.
Entimem
Ali tidak mau bolos sekolah, karena ia siswa yang baik.
Penjelasan:
C  = Ali ;ia
B  = tidak mau bolos sekolah
A  = siswa yang baik
C = B, karena C = A
Contoh di atas silogisme yang dijadikan entimem. Jika entimem dapat dikembalikan menjadi silogisme

PENUTUP:

Penarikan kesimpulan secara deduktif biasanya mempergunakan pola berpikir yang dinamakan silogismus atau silogisme. Silogisme termasuk dalam penalaran deduktif. Deduktif merupakan salah satu teknik untuk mengambil simpulan dalam sebuah karangan. Berdasarkan bentuknya, silogisme

Daftar Pustaka :


Tidak ada komentar:

Posting Komentar