NAMA:ADI NUROHMANDANA (20212182)
KELAS:3EB23
MATKUL: BAHASA INDONESIA 2#
“TULISAN”
JUDUL:
BERPIKIR DEDUKTIF
PENDAHULUAN:
BERPIKIR DEDUKTIF
Definisi yang paling umum dari berpikir adalah berkembangnya ide
dan konsep didalam diri seseorang. Berpikir adalah suatu kegiatan mental yang
melibatkan kerja otak. Berpikir juga berarti berjerih – payah secara mental
untuk memahami sesuatu yang dialami atau mencari jalan keluar dari persoalan
yang sedang dihadapi.
Deduksi berasal dari bahasa Inggris
deduction yang berarti penarikan kesimpulan dari keadaan-keadaan yang
umum, menemukan yang khusus dari yang umum. Deduksi adalah cara berpikir
yang di tangkap atau di ambil dari pernyataan yang bersifat umum lalu ditarik
kesimpulan yang bersifat khusus.
Metode berpikir deduktif adalah
metode berpikir yang menerapkan hal-hal yang umum terlebih dahulu untuk
seterusnya dihubungkan dalam bagian-bagiannya yang khusus.
Penarikan kesimpulan secara deduktif
biasanya mempergunakan pola berpikir yang dinamakan silogismus atau
silogisme. Silogisme termasuk dalam penalaran
deduktif. Deduktif merupakan salah satu teknik untuk mengambil simpulan dalam
sebuah karangan. Berdasarkan bentuknya, silogisme terdiri dari :
ISI :
a. Silogisme Kategorial
Silogisme
kategorial adalah silogisme yang semua proposisinya merupakan kategorial.
Proposisi yang mendukung silogisme disebut dengan premis yang kemudian dapat
dibedakan menjadi premis mayor (premis yang termnya menjadi predikat), dan
premis minor (premis yang termnya menjadi subjek). Yang menghubungkan di antara
kedua premis tersebut adalah term penengah (middle term).
Hukum-hukum Silogisme Katagorik :
- Apabila salah satu premis bersifat partikular, maka
kesimpulan harus partikular juga.
- Apabila salah satu premis bersifat negatif, maka
kesimpulannya harus negatif juga.
- Apabila kedua premis bersifat partikular, maka tidak sah
diambil kesimpulan
- Apabila kedua premis bersifat negatif, maka tidak akan sah
diambil kesimpulan. Hal ini dikarenakan tidak ada mata rantai yang
menhhubungkan kedua proposisi premisnya. Kesimpulan dapat diambil jika salah
satu premisnya positif
- Apabila term penengah dari suatu premis tidak tentu, maka
tidak akan sah diambil kesimpulan. Contoh; semua ikan berdarah dingin. Binatang
ini berdarah dingin. Maka, binatang ini adalah ikan? Mungkin saja binatang
melata.
- Term-predikat dalam kesimpulan harus konsisten dengan term
redikat yang ada pada premisnya. Apabila tidak konsisten, maka kesimpulannya
akan salah
- Term penengah harus bermakna sama, baik dalam premis mayor
maupun premis minor. Bila term penengah bermakna ganda kesimpulan menjadi lain
- Silogisme harus terdiri tiga term, yaitu term subjek,
predikat, dan term, tidak bisa diturunkan konklsinya
b. Silogisme Hipotetik
Silogisme
hipotetik adalah argumen yang premis mayornya berupa proposisi hipotetik,
sedangkan premis minornya adalah proposisi katagorik. Hukum-hukum Silogisme
Hipotetik Mengambil konklusi dari silogisme hipotetik jauh lebih mudah
dibanding dengan silogisme kategorik. Tetapi yang penting menentukan kebenaran
konklusinya bila premis-premisnya merupakan pernyataan yang benar. Bila
antecedent kita lambangkan dengan A dan konsekuen dengan B, maka hukum
silogisme hipotetik adalah:
- Bila A terlaksana maka B juga terlaksana.
- Bila A tidak terlaksana maka B tidak terlaksana. (tidak sah
= salah)
- Bila B terlaksana, maka A terlaksana. (tidak sah = salah)
- Bila B tidak terlaksana maka A tidak terlaksana.
Ada 4 (empat) macam tipe silogisme
hipotetik:
1. Silogisme hipotetik yang premis minornya mengakui bagian
antecedent.
Contoh:
Jika
panas saya pakai payung.(mayor)
Sekarang
panas.(minor)
∴ Saya
pakai payung (konklusi).
2. Silogisme hipotetik yang premis minornya mengakui bagian
konsekuennya.
Contoh:
Jika
panas, bumi akan kering (mayor).
Sekarang
bumi telah kering (minor).
Panas telah terbit (konklusi)
3. Silogisme hipotetik yang premis minornya mengingkari
antecedent.
Contoh:
Jika
politik pemerintah dilaksanakan dengan paksa, maka kegelisahan akan timbul.
Politik
pemerintahan tidak dilaksanakan dengan paksa.
∴ Kegelisahan
tidak akan timbul.
4. Silogisme hipotetik yang premis minornya mengingkari bagian
konsekuennya.
Contoh:
Bila
mahasiswa turun ke jalanan, pihak penguasa akan gelisah.
Pihak
penguasa tidak gelisah.
∴ Mahasiswa
tidak turun ke jalanan.
c. Silogisme Alternatif
Silogisme
alternatif adalah silogisme yang terdiri atas premis mayor berupa proposisi
alternatif. Proposisi alternatif yaitu bila premis minornya membenarkan salah
satu alternatifnya. Kesimpulannya akan menolak alternatif yang lain.
Contoh:
Nenek Sumi berada di Bandung atau
Bogor.
Nenek Sumi berada di Bandung.
∴ Jadi,
Nenek Sumi tidak berada di Bogor.
d. Silogisme Disjungtif
Silogisme
disjungtif adalah silogisme yang premis mayornya merupakan keputusan disyungtif
sedangkan premis minornya bersifat kategorik yang mengakui atau mengingkari
salah satu alternatif yang disebut oleh premis mayor. Seperti pada silogisme
hipotetik istilah premis mayor dan premis minor adalah secara analog bukan yang
semestinya.
Silogisme ini ada dua macam yaitu:
1. Silogisme disjungtif dalam arti sempit
Silogisme
disjungtif dalam arti sempit berarti mayornya mempunyai alternatif
kontradiktif.
Contoh:
Heri
jujur atau berbohong.(premis1)
Ternyata
Heri berbohong.(premis2)
∴ Ia tidak jujur (konklusi).Silogisme disjungtif dalam
arti luas
2. Silogisme disjungtif dalam arti luas
Silogisme
disjungtif dalam arti luas berarti premis mayornya mempunyai alternatif bukan
kontradiktif.
Contoh:
Hasan
di rumah atau di pasar.(premis1)
Ternyata
tidak di rumah.(premis2)
∴ Hasan di pasar (konklusi).
Hukum-hukum
Silogisme Disjungtif :
1. Silogisme disjungtif dalam arti sempit, konklusi yang
dihasilkan selalu benar, apabila prosedur penyimpulannya valid.
Contoh:
Hasan
berbaju putih atau tidak putih.
Ternyata
Hasan berbaju putih.
∴ Hasan bukan tidak berbaju putih.
2. Silogisme disjungtif dalam arti luas, kebenaran konklusinya
adalah
a. Bila premis minor mengakui salah satu alternatif, maka
konklusinya sah (benar).
Contoh:
Budi
menjadi guru atau pelaut.
Budi
adalah guru.
∴ Maka Budi bukan pelaut.
b. Bila premis minor mengingkari salah satu alternatif, maka
konklusinya tidak sah (salah).
Contoh:
Penjahat itu lari ke Solo atau ke
Yogyakarta.
Ternyata tidak lari ke Yogyakarta.
∴ Dia
lari ke Solo?
e.
Entimem
Entimem adalah silogisme yang diperpendek.
Entimem tidak peerlu menyebutkan premis umum, tetapi langsung mengetengahkan
simpulan dengan premis khusus yang menjadi penyebabnya.
Rumus entimem : C = B, Karena C = A
Contoh :
Silogisme :
PU : siswa yang baik tidak mau bolos sekolah.
PK :
Ali siswa yang baik.
S :
Ali tidak mau bolos sekolah.
Entimem
Ali tidak mau bolos sekolah, karena ia siswa yang
baik.
Penjelasan:
C = Ali ;ia
B = tidak mau bolos
sekolah
A = siswa yang baik
C = B, karena C = A
Contoh di atas silogisme yang
dijadikan entimem. Jika entimem dapat dikembalikan menjadi silogisme
PENUTUP:
Penarikan kesimpulan secara deduktif
biasanya mempergunakan pola berpikir yang dinamakan silogismus atau
silogisme. Silogisme termasuk dalam penalaran
deduktif. Deduktif merupakan salah satu teknik untuk mengambil simpulan dalam
sebuah karangan. Berdasarkan bentuknya, silogisme
Daftar Pustaka :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar